Cara Hidup Gak Baperan ala Stoisisme
Buka whatsapp dari gebetan yang isinya minta putus karena masalah tempo hari, langsung marah dan membalasnya dengan kosakata berbagai penghuni kebun binatang. (padahal lagi gak di Kebun Binatang). Barangkali kita ini terlalu cepat sekali baper pada hal-hal yang sejatinya ‘wajar’ –Setiap hubungan tentu akan berpisah, dipisahkan oleh masalah atau maut, tinggal tunggu waktu aja. Reaksi-reaksi pada situasi sejenis adalah sebuah kesia-siaan, apakah dengan bereaksi seperti itu kita bisa rujuk? –tentu tidak.
Pemutusan hubungan disini dikategorikan sebagai “Some things not up to us” (sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan) artinya kita gak bisa milih, orang lain lah yang memilih, suka gak suka ya harus legowo (menerima dengan lapang). Sedangkan reaksi kita dikategorikan sebagai “Some things up to us” (sesuatu yang bisa kita kendalikan) artinya kita bisa milih seenak jidat sendiri, siapapun gak punya kuasa ngatur-ngatur. Pada kondisi ini gebetan memilih untuk mengakhiri hubungan, dan kita memilih meresponya dengan baper yang berujung reaksi negatif. Padahal kita bisa loh milih senyum atau tertawa selepas-lepasnya, adakah yang bisa mengatur-ngatur reaksi kita? – Donald Trump pun gak akan bisa.
Seumpama Zeno (pencetus Stoisisme) masih hidup dan sahabatan sama kita, pasti dia bakal kasih saran dengan ngomong gini: “Lo gabisa maksa dia buat tetep jatuh cinta sama lo, tapi lo bisa maksa diri lo sendiri untuk berhenti mencintai dia dan beralih mencintai orang lain”. Kemudian kita akan membalas persis dengan perkataan mayoritas populasi orang patah hati sedunia: “Lo gk ngerasain sakitnya sih, coba deh lo jadi gue”. Pada akhirnya Zeno akan berkhutbah dengan diawali kalimat ini: “Ngehe nih anak, sini gue kasih tau Stoisisme”.
Stoisisme adalah sebuah pandangan hidup untuk meraih kebijaksanaan melalui penerimaan suatu kondisi dan mengendalikan reaksi. Prinsipnya sederharna: (1) Memahami bahwa segala kondisi yang menimpa kita sifatnya wajar, (2) Mengenali apa yang bisa kita kendalikan dan tidak bisa kita kendalikan.
- Memahami bahwa segala kondisi yang menimpa kita sifatnya wajar
Pandangan Stoisisme memahami bahwa segala kejadian yang terjadi di dunia berasal dari peristiwa sebab-akibat atau keterkaitan, sehingga dituntut penganutnya memahami kondisi sebagai kewajaran. Kita ada di dunia karena orang tua menikah, orang tua kita menikah bisa jadi karena bertemu di universitas yang sama, ayah kita mungkin kuliah disana karena mendapat beasiswa sedang ibu kita dipaksa masuk kuliah disitu oleh orang tuanya. Intinya serangkaian peristiwa kecil atau besar tempo dulu mempengaruhi kondisi sekarang, dan itu wajar. – Kita sendirilah yang kadang membumbuinya dengan emosi berlebih.
Contoh lain, ketika macet kita cenderung baper, marah-marah dan meracau berlebihan, padahal sejatinya macet adalah kondisi wajar, jalannya tiap tahun gk melebar sedangkan pengguna motor dan mobil tiap tahun meningkat. Gimana, udah kebayang kalo macet itu wajar? - Mengenali apa yang bisa kita kendalikan dan tidak bisa kita kendalikan.
Hal-hal yang berhubungan dengan seperangkat tubuh kita mutlak bisa kita kendalikan, Seperti: Senyum kesiapa aja, Mandi dimana aja, Makan kapan aja – Pokoknya suka-suka kita lah. Sedangkan sebaliknya, hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah yang diluar dari kinerja seperangkat tubuh kita, Seperti: Perilaku orang lain terhadap kita, Punahnya Dinosaurus, hingga Omongan tetangga – Sebaik dan seberusaha apapun kita, gak bakalan bisa kendaliin kejulidan tetangga terhadap kita. (Serius loh ini!!)
Tujuan prinsip kedua ini agar kita gk perlu capek-capek mikirin hal-hal yang diluar kendali kita, cukup fokus pada apa yang bisa kita kendaliin dan memaksimalkanya.
Misalnya pada contoh macet, seringnya kita baper karena menunggu lama, akhirnya marah-marah gajelas yang malah bikin mood ancur. Meski marah-marah gimana pun ya tetep gak akan merubah kondisi a.k.a. sia-sia. Karena kita gk bisa kendaliin arus lalu lintas. Yang bisa kita lakuin adalah manfaatin kemacetan itu dengan dengerin lagu favorit kita agar relaks, atau menghilangkan dahaga wawasan intelektualitas dengan sekedar baca berita terbaru hari ini: Syahrini beli tas baru merk luar negri.
“Jadi, mulai sekarang lo harus berhenti baper, karena sejatinya kondisi yang kita terima seringkali adalah kewajaran. Dan jangan lupa kendalikan reaksi terhadap kondisi yang ada –jangan berekasi dengan sia-sia” Pungkas Zeno diakhir khutbah.
Tulisan ini terinspirasi dari buku Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini Karya: Henry Manampiring.